Monday, December 31, 2012

Tahu Bojonegoro

Tahukah Anda Mengenai TAHU Bojonegoro :
 ------------------------------------------------------

                                                            Foto : Tonny Ade Irawan TAHU BOJONEGORO : Perajin Tahu di Kelurahan Ledokkulon Bojonegoro menuangkan tahu yang selesai di goreng untukselanjutnya di kemas.
     Beberapa wilayah di Bojonegoro dikenal sebagai sentra penghasil tahu dengan bahan dasar kedelai. Diantaranya adalah Kelurahan Ledokulon Kecamatan Kota Bojonegoro, Desa Kabunan Kecamatan Balen serta Desa Sukowati Kecamatan Kapas dan Desa Baru Kecamatan Padangan. Namun dari sejumlah sentra tersebut yang paling besar adalah di kelurahan Ledokulon Bojonegoro dengan jumlah perajin tahu mencapai 150 orang lebih. Tahu produksi Bojonegoro sendiri mampu menembus pasar Lamongan, Gresik, Surabaya, Tuban, serta beberapa wilayah di Jawa Tengah.

     Bahkan saat ini di sentra pengrajin tahu yang ada di Bojonegoro telah melakukan Intensifikasi usaha. Limbah tahu yang selama ini dibuang oleh para perajin tahu kini dimanfaatkan sebagai pakan hewan ternak sebagai usaha sampingan. Selain juga sebagian lagi ada yang dimanfaatkan untuk Biogas yang kemudian digunakan memasak oleh para pengrajin sendiri. Meski demikian sebagian limbah ada juga yang dimanfaatkan perajin guna diolah menjadi tempe gembus atau di Bojonegoro dikenal dengan nama "Tempe mbus". (ade)


Foto : Tonny Ade Irawan BENGAWAN SOLO : Saat senja cahaya matahari yang terpendar dipermukaan air berkilau keemasan dari atas Jembatan Kalikethek Bojonegoro.



Waduk Pacal Bojonegoro

Waduk Pacal Bojonegoro Mulai Terisi Air

     BOJONEGORO –Waduk Pacal di Bojonegoro, Jawa Timur, mulai terisi air dengan volume mencapai lima juta meter kubik, namun air belum bisa dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pertanian di daerah itu.

     Pengamat Waduk Pacal Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Arifin, Senin, mengatakan, perolehan air Waduk Pacal sebesar lima juta meter kubik itu, setelah hujan turun selama sebulan terakhir.

Waduk Pacal saat kekeringan
                                                             Foto : Tonny Ade Irawan WADUK PACAL KERING : Waduk Pacal di Desa Kedungsumber Kecamatan Temayang Bojonegoro  untuk pertama kalinya di tahun 2012 mengalami kekeringan.
     Namun, Arfin menyatakan air waduk setempat belum bisa dikeluarkan karena ketinggian air pada duga dengan volume lima juta meter kubik baru mencapai 105 meter. Menurut dia sesuai prosedur air dikeluarkan melalui pintu pengeluaran, jika ketinggian air pada papan duga sudah mencapai 110 meter dengan volume 15 juta meter kubik.

     “Meski demikian, air tetap keluar melalui pintu pengeluaran yang rusak,” ucapnya, menjelaskan.
Hanya saja, menurut dia, air yang keluar melalui pintu pengeIuaran yang rusak tidak terlalu banyak, hanya sebatas membasahi jaringan saluran irigasi. Menurut dia, para petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal, di antaranya di Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberrejo, juga kecamatan lainnya masih belum meminta pasokan air.(ade)

Bendung Gerak Bojonegoro

Bendung Gerak Tetap Digarap Meski Memasuki Musim Penghujan

BOJONEGORO – Selama musim penghujan, pembangunan bendung gerak Bojonegoro (Bojonegoro Barrage) di Kecamatan Trucuk dan Kalitidu yang menelan biaya Rp 350 miliar dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tetap dikerjakan. Pengelola menjamin proses pembangunan bendung gerak tidak terganggu, meski banjir Bengawan Solo bakal datang.

Kepala Balai Besar Bengawan Solo Graita Soetadi mengatakan, proyek pembangunan bendung gerak yang dimulai awal 2009 lalu mengerjakan pondasi dasar bendung yang lokasinya di atas tanah di luar aliran Bengawan Solo. Karena itu, meski memasuki musim hujan, pembangunan bendung gerak masih berjalan dan tidak terganggu. “Yang saat ini dikerjakan, di samping membangun pondasi bendungan, juga blok-blok yang berfungsi mengalirkan air banjir Bengawan Solo,” katanya.

Graita menambahkan, secara teknis, bendung gerak akan ditutup saat memasuki musim kemarau, dan airnya ditampung di badan sungai. Semula, pembangunan bendung gerak dijadwalkan rampung pada 2012. Karena selalu terjadi kekeringan di musim kemarau di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Solo di wilayah Bojonegoro dan sekitarnya, maka pembangunannya dipercepat rampung 2011.

Bendung gerak yang perencanaannya dimulai pada 2006 itu berada di lahan seluas 13 hektare (ha). Rinciannya, tujuh hektare (ha) di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, dan enam ha di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu. Fungsi bendung gerak bukan sebagai pengendali banjir, melainkan penyedia air.
Bendung gerak memiliki luas bentangan 504 meter, dengan tujuh pintu. Masing-masing pintu selebar 17,5 meter dengan tipe radial gate. Selain itu, juga dilengkapi dengan dua pintu pengatur debit, masing-masing selebar 17,5 meter. Bendung gerak memiliki panjang 1.841,752 meter dan mampu menampung 20 juta meter kubik air dan memiliki daerah tangkapan air seluas 12,467 km2.

Manfaat bendung gerak mampu mencukupi kebutuhan air irigasi pertanian lewat pompanisasi dengan debit 5.850 liter/detik di Kabupaten Blora dengan luas 665 ha, dan Kabupaten Bojonegoro seluas 4.949 ha. Selain itu, juga mencukupi kebutuhan air industri di Blora 118 liter/detik dan Bojonegoro 961 liter/detik. (ade)
Sumber : http://www.jawapos.co.id(Radar Bojonegoro)
About these ads

Minyak Gas Kick

Monday, 14 April 2008

Awas Gas Kick Lagi [radar bojonegoro]

PetroChina Mulai Ngebor Lagi

BOJONEGORO-Mengejar target produkis 25 ribu barel minyak mentah tahun ini Joint Operating Body PetroChina East Java akan melakukn pengeboran sumur minyak lagi. Lokasi sumur minyak yang baru ada di Pad B Sukowati di Desa Ngampel Kecamatan Kapas.

"Kami rencanakan spud in pada tanggal 17 atau 18 bulan ini," kata A Rizani Filed Admin Superintendent JOB PPEJ saat dihubungi wartawan koran ini. Menurutnya segala persiapan termasuk pemasangan menara rig sudah dilakukan di lokasi pengeboran.

Pria yang kerap dipanggil Rizani itu kemudian menjelaskan saat ini pihak JOB sendiri terus mematangkan rencana pengeboran sumur yang dinamana sumur sukowati 8 itu. Selain itu pengeboran akan dilakukan jika inspeksi kesiapan peralatan oleh BP Migas selesai dilakukan. "Setelah Rig and Equiepment Inspcetion dan dinyatakan OK maka driling akan kami mulai," ungkapnya.

Kemungkinan terjadinya Gas Kick seperti sumur sebelumnya Pria asli Banjar Kalimantan tersbeut mengungkapka! n kendala adanya gas Kick dan los dalam suatu pengeboran minyak adalah hal yang biasa. Sebab tambah dia adanya loss dan gas kick merupakan tanda adanya reserve (cadangan) minyak yang sedang dicari di dalamnya. "Dan itu umum sekali serta biasa," tegasnya.

Hanya lanjut pria berkacamata itu gas kick dan terjadinya loss harus dimanage sesuai dengan Standar Operation Prosedur (SOP) agar tidak sampai terjadi Blow Out. Selain itu jika tidak ditangani secara SOP dia menjelaskan bisa juga cadangan minyak yang sedang dicari. "Dan tentunya kami akan hati-hati agar semuanya tidak sampai terjadi," tegasnya

Pria itu juga mengungkapkan pengeboran diperkirakan membutuhkan waktu sampai dengan 3 bulan guna bisa menembus lapisan minyak yang diperkirakan dikedalaman 7 ribu sampai dengan 8 ribu kaki. "sama dengan yang lain antara 7 ribu dan 8 ribu kaki," ungkapnya

Nantinya jelas dia pihaknya memperkirakan hasil dari minyak tersebut akan keluar antara 2 ribu sampi tiga ribu barel perhari. Sehingga lanjut dia tahun ini target produksi 25 ribu barel akan terpenuhi . "Sukowati sendiri bsia menghaislkan 20 ribu barel lebih," tuturnya

Catatan wartawan koran ini Gas Kick terbesar terjadi pada pertengahan tahun 2005. Saat itu warga sekitar Sukowati Pad A tengah malam dikejutkan ledakan besar dari pengebran sumur Sukowati 4 yang sedang berlangsung. Selain menimbulkan kebakaran besar di Burn Pit serta sumur yang sedang dibor 109 warga menjalani perawatan di RSUD R Sosodoro Dtaikoesoemo serta ribuan warga harus mengungsi ke tempat-tempat yang mereka anggap sebagai tempat aman selama dua hari. (ade)

Sunday, December 30, 2012

Bengawan Solo Debit terendah

9 Oktober 2008

Debit Air Bengawan Solo Capai Titik Terendah


BOJONEGORO - Debit air Bengawan Solo di daerah hilir Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik mencapai titik terendah. ''Akibatnya sejumlah petani di daerah hilir mulai mengalami kekeringan dan kesulitan mendapatkan air guna mencukupi kebutuhan air tanaman padinya,'' kata Koordinator Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mulyono.

Dia mencontohkan, petani di Desa Mojo, Kecamatan Soko, Tuban, yang melaporkan tidak bisa menyedot air di Bengawan Solo untuk mengairi areal tanaman padi seluas 60 hektare karena air di badan sungai sudah habis. ''Dengan kondisi yang ada, tanaman padi yang berumur kurang dari 70 hari bisa gagal panen kalau tidak turun hujan,'' imbuhnya.

Berdasarkan petunjuk teknis operasional dari Balai Besar Bengawan Solo Waduk Wonogiri, kata Mulyono, Oktober ini dikeluarkan tiga meter kubik per detik untuk pemeliharaan sungai. Sementara kebutuhan areal irigasi pertanian di sepanjang DAS Bengawan Solo di daerah hilir dialokasikan 3,15 meter kubik per detik. (ade)
Sumber : RADAR BOJONEGORO

Seni Langka Sandur Kalongking

[Radar Bojonegoro Kamis, 26 Juni 2008 ] 
Melihat Pergelaran Seni Langka Sandur Kalongking 

Padukan Magis dan Akrobatik 

Salah satu kesenian tradisional yang meski langka tapi masih ada di Bojonegoro 
adalah sandur kalongking. Selasa (24/6) malam lalu kesenian ini dipentaskan di 
Kelurahan Jetak, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro.

TONNY ADE IRAWAN, Bojonegoro 

----------

Sekelompok orang mengenakan udeng (ikat kepala) duduk sambil asyik bernyanyi 
diiringi dua alat musik yang bersahut-sahutan. Tempat mereka duduk dibatasi 
dengan tali rafia. Di tiap-tiap jarak tertentu pada tali rafia itu terdapat 
jajan pasar yang diikatkan.

Kegiatan itu dipimpin seorang kakek. Di depan tempat sang kakek duduk terlihat 
sesaji. Isinya, antara lain jajan pasar, kemenyan yang sudah dibakar, serta 
bunga yang direndam di dalam panci berisi air.

Saat nyanyian mencapai puncak, seorang lelaki yang duduk di deretan terdepan 
tiba-tiba menggelepar-gelepar. Beberapa orang kemudian menghampiri dan 
memegangi tubuh temannya itu. Kakek yang memimpin menyayi juga bangkit. Sambil 
membawa pecut (cambuk), dia kemudian mengambil jaran kepang (kuda lumping) dan 
menyerahkannya kepada orang yang menggelepar itu.

Seakan disuruh, lelaki yang menggelepar kemudian menaiki kuda dari anyaman 
bambu itu. Dia kemudian dituntun untuk memakan kembang yang telah direndam air 
dalam panci.

Begitulah bagian awal dari pertunjukan seni sandur kalongking yang 
dipertontonkan di halaman Gedung Perak, Kelurahan Jetak, Kecamatan/Kabupaten 
Bojonegoro, Selasa (24/6) malam lalu.

''Kalau seperti itu (menggelepar kemudian makan kembang, Red) berarti sudah 
kesurupan, dan orang yang sudah kerasukan itu biasa disebut sulur pandan yang 
fungsinya menjaga keamanan (dari gangguan makhluk halus, Red) selama 
berlangsungnya pertunjukan,'' kata Masnun, kordonator pertunjukan malam itu. 
Menurut Masnun, sandur memang seperti drama, tapi berbau magis.

Menurut dia, pemeran utama dalam drama itu hanya empat orang. Yakni, tokoh 
utama disebut Pethak, pemeran lelucon Tamsil, tokoh penyeimbang Balong, dan 
satu tokoh wanita yang berperan sebagai sindir biasa disebut Cawik.

Masnun menerangkan, kisah dalam drama itu sangat panjang. Mulai dari saat 
Pethak mencari kerja, panen, rabi (kawin), dan setersunya. ''Namun, malam ini 
dibatasi hanya Pethak cari kerja,'' katanya.

Di akhir cerita, ada pertunjukan kalongking. Menurut Masnun, pertunjukan ini 
menceritakan saat Pethak berburu kalong (kelelawar besar) di atas pohon, 
bersama teman-temannya. Kalong dalam drama ini diperankan seseorang yang bisa 
berjalan, tidur, ngitir (berputar) di atas tali.

''Semua dilakukan di atas ketinggian lebih dari delapan meter,'' tegasnya.

Yang tak kalah menarik dalam seni sandur kalongking menurut Masnun adalah 
suasana magisnya. Di antaranya, ada orang yang kesurupan.

''Memang dulunya ini adalah mainan anak yang diadopsi menjadi pertunjukan orang 
dewasa,'' katanya.

Hanya, seni tradisional itu kini sudah langka. Pemainnya juga minim. Warisno, 
50, saat ini merupakan satu-satunya pemeran kalong yang belum ada penggantinya.

''Anak muda sekarang hati dan pikirannya tidak mantep,'' kata Warisno di 
sela-sela pertujukkan tersebut. 

Karena tidak mantep itulah, lanjut dia, tidak ada anak muda yang berani 
menggantikan perannya sebagai kalong di pertujukan tersebut.

Dia menambahkan, selama ini kelompoknya tak pernah latihan rutin. Latihan hanya 
dilakukan sekali sebelum ada pertunjukan. ''Namun, kebanyakan tidak pernah 
latihan,'' ujarnya.

Menurut dia, dulu sering sekali orang nanggap sandur. Misalnya, saat punya 
hajat atau saat panen. Namun, sekarang jarang sekali ada orang nanggap. 
Padahal, biaya nanggap sandur hanya Rp 2 juta sampai Rp 5 juta. ''Terakhir 
ditanggap ya sekitar setahun lalu saat acara valentine,'' tuturnya.

Dia mengaku dua tahun lalu tampil saat ditanggap Dinas Pariwisata Provinsi 
Jatim. Saat itu dia dan kru sandur hanya dibayar Rp 50 ribu. ''Padahal 
taruhanya nyawa saya,'' katanya. (*)

Kisah Penjaga Museum

Radar Bojonegoro -JAWA POS Grup 
[ Senin, 19 Juli 2010 ]  
 
Agus Sunarno, 13 Tahun Sendirian Urusi Museum 
Sering Kewalahan Kalau Tamu Berjumlah Banyak 
 
Bagi sebagian besar orang, bekerja sendirian selama lebih dari 10 tahun, tentu 
sangat membosankan. Namun tidak bagi Agus Sunarno. Dia menjalani pekerjaan 
mengurusi Museum Rajekwesi, Bojonegoro, dengan penuh kesabaran. 


TONNY ADE IRAWAN, Bojonegoro 


SEORANG pria berdiri di teras sebuah bangunan yang terletak di sebelah barat 
kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro, di Jalan Pattimura. Pria itu hanya 
diam, sambil melihat beberapa orang yang lalu lalang di depannya. Sebab, secara 
kebetulan di depan tempat pria tersebut berdiri, digunakan sebagai tempat 
parkir bagi karyawan dan tamu di Disdik Bojonegoro. 


Kegiatan itu dilakukan oleh Agus Sunarno, demikian nama pria tersebut, usai 
melakukan tugasnya membersihkan dan mengurus artefak Museum Rajekwesi. "Sejak 
tahun 1997 ya begini ini, sendirian mengurusi museum," ungkap Agus. 


Sehari-hari, Agus memang bekerja sebagai petugas jaga Museum Rajekwesi. Meski 
lokasi museum di kompleks disdik, Agus bukan pegawai disdik. Agus adalah 
karyawan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto yang 
ditempatkan di Bojonegoro.

Kepada Radar Bojonegoro, Agus mengungkapkan keluh kesahnya mengurusi 
artefak-artefak museum. Dia mengaku sering kerepotan dan mendapat teguran dari 
berbagai kalangan yang datang ke museum, karena mendapati gedungnya tutup. Hal 
itu terpaksa dilakukan karena Agus bertugas sendirian. "Kalau sedang keluar 
karena ada keperluan, kan otomatis tutup. Apalagi kalau sakit, ya tutup, karena 
saya sendirian," ujarnya. 


Semestinya, petugas jaga museum ada tiga orang. Sehingga, dia bisa bergantian 
dengan yang lain. Apalagi, tugas Agus selama ini ganda. Selain bertugas 
melayani 
tamu yang datang, Agus juga harus membersihkan gedung museum. "Termasuk juga 
merawat berbagai benda yang tersimpan di museum. Itu semua tugas saya, bukan 
hanya menerima tamu, tapi semuanya," paparnya. 


Dia kemudian menceritakan pengalaman selama liburan sekolah yang baru saja 
berlalu. Selama musim liburan dua pekan lalu, museum diramaikan dengan 
kunjungan 
tamu, terutama pelajar di Bojonegoro. "Siswa biasanya datang bersama guru untuk 
memantau dan membuat laporan berbagai benda yang ada di museum," jelasnya. 
Total 
selama dua minggu itu ada sekitar 400 pelajar SMA yang berkunjung. Karena itu, 
Agus mengaku sempat kewalahan. Karena selain menjelaskan, masih harus melayani 
pengunjung.  

Tugas ini cukup berat. Karena, di museum tersimpan 115 item artefak. Mulai 
benda-benda prasejarah berupa fosil binatang purba, hingga benda zaman sejarah 
seperti yoni dan benda-benda etnografi. Selain itu, museum juga diisi dengan 
benda-benda etnografi yang dimanfaatkan masyarakat dengan usia 50 tahun, tetapi 
tidak ada kaitannya dengan sejarah. "Ya seperti dokar yang ada di depan 
(museum) 
itu. Kan tidak ada hubungannya dengan sejarah," jelasnya. Ini berbeda dengan 
dokar di Keraton Solo, Jateng, yang sudah berusia ratusan tahun dan 
dikeramatkan 
oleh masyarakat. (*/fiq)


 

Banjir Bandang Sugihan Temayang Bojonegoro

Radar Bojonegoro
Kisah Warga Dusun Sugihan Yang Jadi Korban Banjir Bandang
Tujuh Kali Setahun, tanpa Solusi Kecuali Mengungsi

Banjir bandang dari Sungai Soko yang menerjang Dusun Sugihan, Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, seperti jadi tradisi. Meski demikian, hingga kini belum ada solusi.
TONNY ADE IRAWAN-Bojonegoro
—————————————-
Matahari baru terlihat sebagian dan berwarna kemerahan saat beberapa orang berkumpul di dekat sebuah jembatan. Mereka tampak berbincang serius. Sesekali, salah satu di antara mereka menunjuk sebuah tempat di sekitarnya.
Tak jauh dari tempat itu beberapa orang membersihkan jalan beraspal. Mereka menggunakan sekop dan peralatan lain seadanya. Tak jarang tubuh mereka tepercik air kental kecokelatan, yang dibersihkannya. Meski demikian, mereka terus saja bersih-bersih.
Begitulah sekilas pemandangan di Dusun Sugihan, Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, kemrin (21/11) pagi. Malam sebelumnya (Kamis malam) sebagian dusun yang dilingkari Kali Soko (yang bermuara di Waduk Pacal) itu diterjang banjir bandang setelah sebelumnya hujan deras tiga jam lebih.
”Ini sudah tujuh kali dalam setahun ini, dan akan terus begini,” kata Kepala Desa Kedungsumber Didik Saputro saat menemui wartawan koran ini kemarin pagi.
Namun, menurut dia banjir bandang paling besar selama ini terjadi pada Maret lalu. Tepatnya, beberapa jam setelah pemilihan kepala desa setempat yang dia menangi.
Karena seringnya menerjang, banjir bandang akhirnya menjadi momok bagi warga Sugihan. Sebab, sampai saat ini belum ada jalan keluar untuk mengatasinya, kecuali mengungsi.
”Ada memang sirine (dari early warning system yang dipasang Jasa Tirta I Malang, Red), tapi kan hanya untuk memperingatkan, tidak untuk mengatasi,” katanya.
Karena itu, dia berharap pemerintah segera mencarikan jalan keluar dari masalah tersebut. Kasihan warga jika dibiarkan selalu dicekam ketakutan saat hujan deras. ”Kata orang tua saya sejak tahun 1960 tak pernah ada banjir bandang. Namun, beberapa tahun ini justru meningkat,” ujarnya.
Yoyok, 45, warga setempat, menambahkan, air yang datang akibat guyuran hujan cukup banyak, sehingga Sungai Soko yang bermuara di Waduk Pacal tak mampu menampung. Akibatnya, air menerjang daerah sekitar sungai yang lebih rendah, termasuk perumahan warga. ”Tapi beberapa tahun ini terus melebar, bukan hanya rumah pinggir kali saja (yang jadi korban),” katanya.
Dia menuturkan, dulu ada lembah di antara dua gunung yang direncanakan pemerintah kolonial Belanda untuk bendungan kecil. Namun, bendungan yang belum jadi ini dimanfaatkan penduduk untuk pegairan sawah dan hanya ditutup kayu.
”Namun, akibat banjir Maret lalu (bendungan, Red) jebol dan airnya meluber dengan deras menuju Waduk Pacal dan melewati pedusunan,” imbuhnya. (*)

Lomba Foto Blok cepu Juara IV

Hasil Lomba AJI Surabaya-Cepu Blok Ltd,..Selamat Detik Surabaya!

Sabtu, 10/05/2008 15:21 WIB
Lomba Foto 'Blok Cepu' Tanpa Juara Pertama
Imam Wahyudiyanta - DetikSurabaya

Surabaya - Berbeda dengan lomba-lomba lainnya, hasil lomba foto
'Pengembangan Blok Cepu' yang digelar AJI Surabaya dan Mobil Cepu Ltd
(MCL) -anak perusahaan ExxonMobil Oil Indonesia- tingkat se-Jawa cukup
mengejutkan.

Dari 74 karya foto dari 49 fotografer yang diterima panitia, dewan
juri 'berani' tidak menobatkan karya yang masuk sebagai juara pertama.
Sedangkan untuk hasil karya tulis, 149 karya dari 78 wartawan, juri
menetapkan 5 juaranya.

Panitia lomba karya tulis dan foto menyatakan bahwa pihaknya sangat
menghormati keputusan juri.

"Kita menghargai keputusan juri. Kita ingin juri benar-benar
independen dan panitia tidak ingin intervensi," kata Ketua Panitia
Kukuh S Wibowo dalam sambutan penyerahan hadiah kepada 9 pemenang
lomba tulis dan foto di Hotel Elmi, Surabaya, Sabtu (10/5/2008).

Dalam lomba foto, AJI Surabaya memilih dewan juri dari jurnalis
profesional dan pengamat media. Seperti Kemal Jufri (Imaji/ fotografer
freelance), Eddy Hasbi (Harian Kompas), Sigit Pamungkas (Kantor Berita
Reuters).

Sedang juri karya tulis adalah Abdul Manan (Sekretaris Jenderal AJI
Indonesia/Tempo), Ignatius Harianto (Direktur Eksekutif Lembaga Pers
dan Pembangunan-LSPP) dan Endy M Bayuni (Pemimpin Redaksi The Jakarta
Post).

Lomba foto dan tulis ini digelar dua bulan mulai akhir 19 Februari
hingga 19 April 2008 berhadiah total Rp 52 juta. Juara pertama
sedianya akan mendapatkan Rp 9 juta plus sertifikat.

Sementara juara dua dan tiga, mendapatkan Rp 7 juta dan Rp 5 juta plus
sertifikat. Sedangkan juara empat dan lima menggondol Rp 3,5 juta dan
Rp 2,5 juta plus sertifikat.

Setelah dilakukan penjurian ketat, juri memutuskan untuk lomba foto,
juara II disabet Budi Sugiharto (detiksurabaya.com), juara III Zainal
Effendi (detiksurabaya.com), juara IV Toni Ade Irawan (Radar
Bojonegoro-Jawa Pos Grup) dan juara V kembali diraih Zainal Effendi
(detiksurabaya.com).

Sedangkan pemenang lomba karya tulis, juara pertama diraih Teguh Budi
Utomo (Duta Masyarakat), juara II Titin Nursanti (SuaraSurabaya.net),
Sunudyantoro dari Tempo menempati juara III. Mugito Citrapati, dari
media lokal Suara Banyu Urip diposisi IV dan juara V kembali diraih
Teguh Budi Utomo.

Acara pengumuman dan penyerahan hadiah itu juga disaksikan Deva
Rachman, Commuication Manager ExxonMobil Oil Indonesia serta
perwakilan dari Mobil Cepu Ltd.

"Dari lomba ini kita ingin melihat fakta di lapangan melalui
karya-karya jurnalistik. Kita harapkan media bisa memberikan kritik
yang membangun untuk kita demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat,"
kata Deva.
 -------------
Hasil Lomba Foto-Tulis
AJI Surabaya-Mobil Cepu Ltd

Tulis:
Juara I : Teguh Budi Utomo (Duta Masyarakat) 
Juara II: Titin Nursanti (SuaraSurabaya.net)
Juara III: Sunudyantoro (Tempo)
Juara IV: Mugito Citrapati (Suara Banyu Urip) 
Juara V: Teguh Budi Utomo (Duta Masyarakat)

Foto:
Juara I : Tidak ada
Juara II: Budi Sugiharto (detiksurabaya.com)
Juara III: Zainal Effendi (detiksurabaya.com)
Juara IV: Toni Ade Irawan (Radar Bojonegoro-Jawa Pos Grup)
Juara V: Zainal Effendi (detiksurabaya.com)