Sunday, December 30, 2012

Kisah Penjaga Museum

Radar Bojonegoro -JAWA POS Grup 
[ Senin, 19 Juli 2010 ]  
 
Agus Sunarno, 13 Tahun Sendirian Urusi Museum 
Sering Kewalahan Kalau Tamu Berjumlah Banyak 
 
Bagi sebagian besar orang, bekerja sendirian selama lebih dari 10 tahun, tentu 
sangat membosankan. Namun tidak bagi Agus Sunarno. Dia menjalani pekerjaan 
mengurusi Museum Rajekwesi, Bojonegoro, dengan penuh kesabaran. 


TONNY ADE IRAWAN, Bojonegoro 


SEORANG pria berdiri di teras sebuah bangunan yang terletak di sebelah barat 
kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro, di Jalan Pattimura. Pria itu hanya 
diam, sambil melihat beberapa orang yang lalu lalang di depannya. Sebab, secara 
kebetulan di depan tempat pria tersebut berdiri, digunakan sebagai tempat 
parkir bagi karyawan dan tamu di Disdik Bojonegoro. 


Kegiatan itu dilakukan oleh Agus Sunarno, demikian nama pria tersebut, usai 
melakukan tugasnya membersihkan dan mengurus artefak Museum Rajekwesi. "Sejak 
tahun 1997 ya begini ini, sendirian mengurusi museum," ungkap Agus. 


Sehari-hari, Agus memang bekerja sebagai petugas jaga Museum Rajekwesi. Meski 
lokasi museum di kompleks disdik, Agus bukan pegawai disdik. Agus adalah 
karyawan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto yang 
ditempatkan di Bojonegoro.

Kepada Radar Bojonegoro, Agus mengungkapkan keluh kesahnya mengurusi 
artefak-artefak museum. Dia mengaku sering kerepotan dan mendapat teguran dari 
berbagai kalangan yang datang ke museum, karena mendapati gedungnya tutup. Hal 
itu terpaksa dilakukan karena Agus bertugas sendirian. "Kalau sedang keluar 
karena ada keperluan, kan otomatis tutup. Apalagi kalau sakit, ya tutup, karena 
saya sendirian," ujarnya. 


Semestinya, petugas jaga museum ada tiga orang. Sehingga, dia bisa bergantian 
dengan yang lain. Apalagi, tugas Agus selama ini ganda. Selain bertugas 
melayani 
tamu yang datang, Agus juga harus membersihkan gedung museum. "Termasuk juga 
merawat berbagai benda yang tersimpan di museum. Itu semua tugas saya, bukan 
hanya menerima tamu, tapi semuanya," paparnya. 


Dia kemudian menceritakan pengalaman selama liburan sekolah yang baru saja 
berlalu. Selama musim liburan dua pekan lalu, museum diramaikan dengan 
kunjungan 
tamu, terutama pelajar di Bojonegoro. "Siswa biasanya datang bersama guru untuk 
memantau dan membuat laporan berbagai benda yang ada di museum," jelasnya. 
Total 
selama dua minggu itu ada sekitar 400 pelajar SMA yang berkunjung. Karena itu, 
Agus mengaku sempat kewalahan. Karena selain menjelaskan, masih harus melayani 
pengunjung.  

Tugas ini cukup berat. Karena, di museum tersimpan 115 item artefak. Mulai 
benda-benda prasejarah berupa fosil binatang purba, hingga benda zaman sejarah 
seperti yoni dan benda-benda etnografi. Selain itu, museum juga diisi dengan 
benda-benda etnografi yang dimanfaatkan masyarakat dengan usia 50 tahun, tetapi 
tidak ada kaitannya dengan sejarah. "Ya seperti dokar yang ada di depan 
(museum) 
itu. Kan tidak ada hubungannya dengan sejarah," jelasnya. Ini berbeda dengan 
dokar di Keraton Solo, Jateng, yang sudah berusia ratusan tahun dan 
dikeramatkan 
oleh masyarakat. (*/fiq)


 

No comments:

Post a Comment